Entah itu sunset indah di pantai, potret candid teman tertawa lepas, atau video perjalanan yang ingin kita bagikan di media sosial. Semuanya bisa hancur karena satu masalah klasik, yaitu goyangan tangan.
Nah disinilah teknologi stabilisasi gambar hadir sebagai pahlawan. Dua fitur yang sering jadi andalan yaitu berupa fitur OIS dan juga EIS. Keduanya memang menjanjikan hasil visual yang lebih stabil, tapi cara kerjanya berbeda.
Lantas mana yang lebih baik? Apakah OIS yang lebih unggul karena berbasis dari hardware, atau justru EIS dengan memanfaatkan kecerdasan software-nya sehingga bisa lebih baik? Mari kita telusuri jawabannya.
Pengertian OIS dan EIS
Perlu kita ketahui terlebih dahulu juga bahwa perdebatan antara OIS dan EIS ini sebenarnya bukanlah sekedar soal mana yang paling baik, melainkan mana yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Nah mari kita kupas tuntas seperti apa keduanya bekerja, di mana kelebihannya, dan kapan kita perlu memilih salah satu, atau bahkan kombinasi keduanya.
Mengenal Apa itu OIS ?
OIS atau Optical Image Stabilization adalah teknologi stabilisasi gambar yang bekerja dengan cara fisik, yaitu memanfaatkan komponen hardware yang dipasang pada perangkat kamera pada gadget.
Fitur ini akan menggunakan komponen mekanis di dalam kamera, seperti lensa atau sensor yang dapat bergerak, untuk mengimbangi getaran atau guncangan saat kita memotret atau merekam video.
Bayangkan kita sedang memegang kamera di tangan. Ketika tangan kita bergoyang ke kiri, maka sensor atau lensa kamera akan bergeser ke arah berlawanan (kanan) untuk menetralisir gerakan tersebut.
Proses ini terjadi hampir real-time, sehingga hasil gambar pun akan tetap stabil meski kondisi pemotretan kurang ideal.
Kelebihan OIS terletak pada kemampuannya untuk mengurangi goyangan tanpa harus mengorbankan kualitas gambar. Karena pergerakan lensa atau sensor tidak memotong bagian gambar (crop), resolusi dan detail foto/video tetap utuh.
Selain itu, OIS juga efektif dalam kondisi low-light, di mana kecepatan rana lebih lambat dan resiko blur lebih tinggi.
Tapi teknologi ini juga punya kelemahan. Pertama, perangkat dengan OIS biasanya lebih mahal karena membutuhkan komponen mekanis tambahan.
Kedua, OIS terkadang dirasa kurang optimal untuk gerakan yang terlalu ekstrem, seperti saat kita sedang berlari sambil merekam maupun mengambil gambar.
Apa itu EIS ?
Berbeda dengan OIS yang mengandalkan gerakan fisik, maka EIS (Electronic Image Stabilization) bekerja secara digital melalui algoritma software.
Cara kerjanya yaitu dengan menganalisis frame per frame video atau serangkaian foto, lalu menggeser atau memutar gambar secara elektronik untuk menetralisir gerakan.
EIS memanfaatkan gyroscope atau accelerometer di perangkat untuk mendeteksi arah goyangan. Misalnya saja jika kamera bergerak ke atas, maka software akan menggeser gambar ke bawah untuk mengimbanginya.
Namun karena proses ini melibatkan pemotongan bagian tepi gambar (crop), maka resolusi akhir dari hasil jepretan atau rekaman kamera mungkin akan sedikit berkurang.
Keunggulan EIS terletak pada biaya produksi yang cenderung lebih murah karena tidak memerlukan komponen mekanis dan fleksibilitasnya.
Teknologi ini bisa ditingkatkan melalui pembaruan software, bahkan di smartphone entry-level sekalipun asalkan brand mau memberikan update.
EIS juga lebih efektif untuk gerakan dinamis seperti merekam sambil berjalan atau saat berkendara dengan sepeda.
Namun EIS ini juga memiliki kelemahan utama, yaitu kualitas gambar bisa turun sangat drastis jika goyangan terlalu besar. Algoritma mungkin gagal mengimbangi gerakan ekstrem, sehingga menyebabkan hasil terlihat terlalu dipaksakan atau kehilangan detail.
Perbandingan antara OIS vs EIS
Setelah memahami cara kerja keduanya, maka ada baiknya kita membandingkan fitur stabilizer OIS dan EIS ini dari berbagai aspek.
1. Kualitas Gambar
OIS umumnya bisa memberikan hasil yang lebih natural karena stabilisasi yang dilakukan di level hardware.
Detail gambar biasanya akan tetap terjaga, terutama dalam kondisi cahaya yang tergolong rendah.
Sementara EIS, meski terus berkembang, namun masih berisiko mengurangi ketajaman akibat proses crop dan interpolasi gambar.
2. Kemampuan di Berbagai Situasi
Untuk foto diam (still photography), OIS lebih direkomendasikan karena sangat efektif dalam mengurangi blur akibat getaran dari tangan.
Namun dalam merekam video terutama saat bergerak aktif, maka EIS seringkali lebih unggul karena mampu menstabilkan gerakan secara lebih dinamis yang sulit diatasi OIS.
3. Konsumsi Daya
OIS menggunakan komponen mekanis yang membutuhkan daya lebih besar. Di smartphone, ini bisa berdampak pada konsumsi daya baterai. Sementara untuk EIS yang mengandalkan software, relatif lebih hemat energi.
4. Harga
Perangkat dengan OIS biasanya cenderung lebih mahal. Contohnya saja, smartphone flagship sering menggabungkan antara OIS dan EIS, sementara model handphone budget seringkali hanya mengandalkan EIS saja.
Kapan Harus Memilih OIS atau EIS?
Memilih antara OIS dan EIS sebenarnya bukan soal mana yang lebih superior, melainkan mana yang lebih cocok dengan gaya dan situasi pengambilan gambar kita.
Keduanya memiliki porsinya masing-masing, sehingga dalam pemakaiannya kitapun tentu perlu memahami cara keduanya bekerja agar hasil jepretan atau perekaman dapat lebih maksimal.
Jika kita sering berburu foto dalam kondisi cahaya minim seperti memotret pada malam hari, di dalam ruangan dengan pencahayaan redup, atau mengabadikan momen sunset, maka penggunaan OIS mungkin bisa jadi pilihan utama.
Teknologi stabilisasi optik ini bekerja secara fisik untuk mengurangi blur tanpa mengorbankan detail gambar. Hasilnya, foto tetap tajam meski kecepatan rana lambat.
OIS juga ideal untuk mereka yang mengutamakan kualitas visual tanpa kompromi, seperti fotografer hobi atau konten kreator yang fokus pada estetika gambar statis.
Tapi perlu diingat juga bahwa perangkat dengan OIS biasanya akan lebih mahal. Jadi pastikan saja agar budget kita sudah memadai jika ingin mengadopsi teknologi ini.
Di sisi lain, EIS lebih cocok untuk kita yang gemar merekam video dinamis, seperti vlog perjalanan, olahraga outdoor, atau konten yang melibatkan banyak gerakan.
Misalnya saja saat kita hiking sambil merekam pemandangan atau membuat video tutorial sambil berjalan. EIS mengandalkan algoritma cerdas yang mampu mengoreksi guncangan secara digital, bahkan untuk gerakan yang sulit diprediksi.
Kelebihan lainnya, teknologi ini lebih terjangkau dan bisa ditemukan di smartphone sekelas mid-range bahkan entry-level, ya meskipun akan banyak kompromi saat menggunakannya.
Jadi bagi yang ingin stabilisasi gambar tanpa merogoh kocek dalam-dalam, EIS mungkin layak dipertimbangkan. Selain itu, EIS tidak memiliki komponen mekanis yang rentan rusak, sehingga lebih tahan lama untuk penggunaan secara intensif.
Lalu bagaimana jika kita sering melakukan keduanya, baik memotret foto low-light dan merekam video aktif?
Tenang, karena perangkat modern saat ini banyak yang sudah menawarkan stabilisasi hibrida (hybrid stabilization) yang menggabungkan antara OIS dan juga EIS.
Dengan ini, kamera bisa memanfaatkan kelebihan OIS untuk menangkap foto berkualitas tinggi, sementara EIS bisa dimanfaatkan untuk mengambil alih saat merekam video dinamis.
Contohnya saja pada smartphone flagship seperti iPhone atau Samsung Galaxy series yang seringkali sudah mengadopsi sistem ini. Jadi kita tak perlu lagi bingung dalam memilih, karena fitur keduanya sudah terpasang.
Kesimpulan
Meski OIS dan EIS adalah penyelamat dari goyangan tangan, teknik dasar fotografi tetap penting. Pegang kamera dengan stabil atau dengan memanfaatkan tripod jika perlu merupakan salah satu opsi yang direkomendasikan.
Soal mana yang lebih baik? Jawabannya tentu saja akan tergantung dengan budget yang dimiliki dan kebutuhan kita.
Intinya, pilihlah OIS jika prioritas kita adalah kualitas foto dalam kondisi cahaya menantang, atau jika budget bukan masalah.
Sementara EIS lebih cocok untuk penggemar video yang mengutamakan fleksibilitas dan harga terjangkau.
Tapi jika bisa mendapatkan kombinasi keduanya, mengapa tidak? Teknologi stabilisasi terus berkembang, dan pilihan terbaik adalah yang paling sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan kreatif kita sendiri.
Yang pasti dengan adanya OIS dan EIS, kita bisa lebih percaya diri mengabadikan momen tanpa takut hasilnya blur atau bergoyang.
No comments