Home
Budaya
Pengetahuan
Sejarah
Mengenal Cina Benteng, Totok, dan Peranakan, Apa Bedanya?

Mengenal Cina Benteng, Totok, dan Peranakan, Apa Bedanya?

Atatp Kelenteng

Ketika kita membahas mengenai komunitas Tionghoa di Indonesia, maka akan ada banyak sekali istilah yang mungkin sering kita dengar, misalnya saja seperti istilah Cina Benteng, Cina Totok, dan juga Cina Peranakan.

Banyak dari kita yang mungkin masih belum tahu dengan maksud dari ketiga istilah tersebut.

Bahkan terkadang sering muncul pertanyaan seperti, kenapa ada nama yang berbeda itu, apakah perbedaan ini hanya berdasarkan asal-usul, atau ada faktor lain seperti budaya, bahasa, atau cara hidup mereka?

Nah adapun untuk mengetahui jawabannya, maka dalam artikel kali ini kita akan coba membahas lebih dalam tentang asal-usul dari istilah Cina Benteng, Cina Totok, dan Cina Peranakan.

Termasuk juga karakteristik, hingga perbedaan utama di antara ketiga istilah yang sering kita dengar itu.

Sejarah dan Asal-Usul

Perlu kita ketahui terlebih dahulu, bahwa komunitas Tionghoa yang ada di Indonesia, pada dasarnya memiliki sejarah panjang yang penuh warna.

Mereka datang ke Nusantara sudah sejak ratusan tahun lalu, membawa budaya, tradisi, dan keahlian yang turut memperkaya kehidupan di masyarakat lokal hingga saat ini.

Namun, perjalanan panjang ini tentu juga akan menghasilkan keragaman identitas di dalam komunitas Tionghoa, dan salah satunya yaitu dengan muncul istilah seperti cina benteng, totok, dan peranakan.

 1. Cina Benteng

Istilah Cina Benteng sebenarnya hanya merujuk pada komunitas Tionghoa yang tinggal di sekitar wilayah Tangerang, Banten saja.

Namun karena kata tersebut sering disebut di berbagai media, maka membuat istilah ini menjadi lebih populer dan diketahui oleh banyak orang, dibandingkan dengan komunitas tionghoa yang lain.

Adapun nama "Benteng" sendiri sebenarnya berasal dari kata benteng secara harfiah, yang dimana pada waktu itu memang di sekitar wilayah tangerang ada sebuah benteng pertahanan Belanda yang kokoh berdiri, dan di sekitarnya banyak pemukiman warga termasuk komunitas tionghoa.

Komunitas ini mulai terbentuk sekitar abad ke-17, ketika banyak orang Tionghoa yang mulai berbondong-bondong bermigrasi ke daerah tersebut untuk bekerja di sektor perkebunan serta perdagangan.

Cina Benteng memiliki karakteristik unik, salah satunya yaitu adaptasi mereka terhadap budaya lokal yang ada.

Mereka seringkali menggunakan bahasa Melayu Betawi dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak jarang mereka juga mengadopsi tradisi masyarakat setempat, seperti halnya dalam upacara pernikahan atau juga saat perayaan keagamaan.

2. Cina Totok

Istilah Cina Totok secara umum biasanya digunakan untuk menyebut orang Tionghoa yang merupakan imigran dari generasi pertama atau keturunan langsung dari imigran yang pertama kali datang.

Nama "Totok" sebenarnya berasal dari kata Tiongkok, yang kemudian lama-kelamaan berubah menjadi totok, dimana istilah tersebut sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan sesuatu yang masih asli, murni, atau belum bercampur. 

Mereka umumnya masih mempertahankan budaya asli Tiongkok, termasuk juga mengenai penggunaan bahasa, adat, dan juga tradisi leluhur mereka.

Cina Totok seringkali tinggal di daerah perkotaan besar seperti Jakarta, Surabaya, maupun Medan.

Mereka ini sering dikenal sebagai pedagang atau pengusaha yang sukses, dan tidak jarang banyak terlibat dalam sektor ekonomi bahkan hingga skala di tingkat nasional.

3. Cina Peranakan

Cina Peranakan pada dasarnya merupakan komunitas Tionghoa yang telah tinggal cukup lama dan berasimilasi dengan budaya lokal setempat selama beberapa generasi.

Mereka biasanya adalah keturunan dari pernikahan campuran antara orang Tionghoa dan juga penduduk asli Indonesia.

Budaya Cina Peranakan sangat khas, dengan perpaduan tradisi Tionghoa dan lokal.

Salah satu contoh nyata yaitu hadirnya kuliner Peranakan, seperti kue keranjang, lumpia Semarang, ataupun laksa.

Dalam hal bahasa, Cina Peranakan lebih sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dibandingkan bahasa Tionghoa.

Sehingga secara tidak langsung, sebagian besar komunitas Tionghoa yang ada di Indonesia saat ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai Peranakan karena mereka telah hidup cukup lama di Nusantara selama beberapa generasi dan mengalami proses asimilasi dengan budaya lokal.

Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga gaya hidup mereka yang sudah mengadopsi tradisi lokal, hingga pernikahan campuran yang semakin umum terjadi.

Lalu Apakah Cina Totok Masih Ada?

Komunitas Totok dalam pengertian awal yaitu generasi pertama atau keturunan langsung dari imigran Tiongkok yang masih mempertahankan budaya asli, boleh dibilang sudah semakin jarang ditemukan.

Setidaknya ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi, dan membuat istilah cina totok kurang relevan lagi.

1. Berhentinya Gelombang Imigrasi

Setelah kemerdekaan Indonesia, terutama pada masa-masa awal pemerintahan Orde Baru, kebijakan imigrasi menjadi lebih ketat. Hal ini tentu saja mengurangi masuknya imigran baru dari Tiongkok ke Indonesia secara drastis.

2. Asimilasi Budaya

Generasi muda Tionghoa cenderung lebih terintegrasi dengan masyarakat lokal, baik itu melalui pendidikan, pekerjaan, maupun interaksi sosial. Mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dialek Tionghoa seperti Hokkien atau bahkan Mandarin.

3. Pernikahan Campuran

Pernikahan antara komunitas Tionghoa dan masyarakat lokal saat ini semakin umum terjadi, sehingga hal ini justru mempercepat adanya proses asimilasi budaya yang ada.

4. Pengaruh Kebijakan Pemerintah

Pada masa Orde Baru, ada kebijakan yang mendorong asimilasi, seperti larangan penggunaan nama Tionghoa dan pembatasan budaya Tionghoa di ruang publik. Meskipun kebijakan ini sudah dicabut, akan tetapi dampaknya boleh dibilang masih terasa hingga kini.

Terlepas dari komunitas Totok yang saat ini sudah semakin jarang, namun jejak budaya asli Tionghoa tentu saja tetap terjaga di Indonesia melalui seni, kuliner, dan tradisi tertentu yang masih dipertahankan oleh komunitas Tionghoa di berbagai wilayah.

Komunitas ini juga semakin bangga dengan identitas mereka sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang saat ini sudah semakin majemuk.

Kesimpulan

Cina Benteng, Cina Totok, dan Cina Peranakan adalah tiga identitas yang mencerminkan perjalanan panjang komunitas Tionghoa di Indonesia.

Meski memiliki perbedaan dalam asal-usul, bahasa, dan budaya, ketiganya tetap menjadi bagian penting dari keberagaman Indonesia.

Dengan kita memahami perbedaan antara istilah Cina Benteng, Cina Totok, dan Cina Peranakan, diharapkan hal ini bisa membantu kita agar bisa lebih menghargai setiap budaya yang ada.

Disisi lain, adanya komunitas Tionghoa tentu tidak hanya berkontribusi dalam bidang ekonomi semata, tetapi juga bisa semakin memperkaya budaya kita melalui seni, kuliner, serta tradisi.

Dengan mengenal lebih dalam tentang mereka, semoga kita dapat semakin memperkuat rasa persatuan dan saling menghormati di tengah masyarakat yang majemuk.

Dan dengan begitu, kita pun bisa lebih menghargai keberagaman yang menjadi salah satu kekayaan bangsa ini.

No comments

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan.
close