Istilah tersebut biasanya menjadi pertimbangan kita saat ingin membeli perangkat display monitor eksternal. Dimana layar yang memiliki prosentase tinggi selalu dianggap memiliki akurasi yang tajam dan jernih.
Anggapan tersebut memang tidak sepenuhnya salah. Pada dasarnya color gamut sendiri adalah istilah yang dipakai untuk mengukur seberapa banyak warna yang bisa ditampilkan atau direproduksi pada suatu layar monitor dengan nilai prosentase tertentu.
Namun tidak berarti semakin tinggi nilai prosentase color gamut tersebut akan berbanding lurus dengan akurasi warna yang dihasilkan. Melainkan banyak faktor yang bisa mempengaruhi warna yang akurat, seperti misalnya kalibrasi manual, akurasi hardware, spesifik model dari setiap merk, dan faktor lainnya.
Nah saat ini terdapat beberapa standar color gamut yang biasa menjadi patokan untuk mengukur tingkat akurasi warna yang bisa dihasilkan dari suatu layar monitor. Dimana dari masing-masing standar ini, memiliki luas cakupan warna serta karakteristik yang berbeda-beda.
Inilah Standar Color Gamut yang Umum Digunakan pada Display Monitor
Sebenarnya ada banyak sekali parameter penilaian untuk mengukur tingkat akurasi warna pada layar monitor.
Namun dari sekian standar yang ada, pada kesempatan kali ini kita hanya akan membahas standar color gamut yang paling umum dan banyak dipakai oleh para profesional terutama yang memiliki ruang warna yang luas. Beberapa diantaranya adalah sbb :
1. National Television System Committee (NTSC)
Di daftar pertama ada NTSC yaitu standar warna yang pada awalnya dikembangkan dan dirilis oleh negara Amerika untuk meregulasi masalah warna pada jenis televisi analog pada waktu itu.
Standar NTSC menawarkan cakupan warna yang cukup luas, meski memang tidak sebanyak yang bisa diberikan oleh standar warna modern saat ini seperti Rec. 2020.
Secara umum NTSC memiliki cakupan warna yang berada dikisaran angka sekitar 72 % dari ruang warna CIE 1931, yaitu standar persepsi warna yang bisa ditangkap oleh mata manusia.
2. Standard Red Green Blue (sRGB)
sRGB merupakan standar luas warna yang paling umum ditemukan pada berbagai perangkat gadget digital modern saat ini, baik itu pada layar monitor maupun untuk warna standar yang digunakan pada berbagai macam program software.
Saat kita browsing di internet, bermain game, atau membuka aplikasi, nah standar warna yang ditampilkan itu umumnya berdasarkan warna sRGB. Hal ini karena kebanyakan editor maupun desainer grafis seringkali menggunakan standar ini untuk mendesain software maupun aplikasi yang mereka buat.
Adapun luas area warna yang bisa ditangkap dari sRGB, yaitu bisa mencakup sekitar 36% dari ruang warna CIE 1931 dan 99 % dari ruang warna yang ditentukan oleh standar IEC 61966-2-1:1999 yaitu standar untuk sistem dan juga peralatan media.
Selain itu, sRGB pun dirancang untuk bisa menyesuaikan warna dengan kondisi pencahayaan yang relatif berbeda-beda seperti di rumah maupun di kantor.
Di sisi lain, jika kita ingin beraktivitas menggunakan gadget untuk kebutuhan sehari-hari saat menggunakan komputer maupun smartphone, maka tingkat color gamut sRGB dengan cakupan warna 65 % sebenarnya sudah dirasa lebih dari cukup.
Sementara untuk kebutuhan profesional yang berat seperti content creators maupun grafis designer, maka cakupan warna dengan luas 99% sRGB mungkin akan sangat mutlak diperlukan.
3. Adobe RGB
Disebut Adobe RGB (red, green, blue) karena memang yang menciptakan standar color gamut ini yaitu perusahaan Adobe System pada tahun 1998 lalu.
Adapun maksud dibuat standar Adobe RGB yaitu bertujuan untuk menyediakan cakupan warna yang lebih luas dari yang bisa dicakup sRGB, terlebih untuk kebutuhan aplikasi yang memerlukan reproduksi warna yang lebih tajam dan akurat seperti untuk kegiatan fotografi dan juga kegiatan percetakan maupun penerbitan.
Adobe RGB mampu mencakup warna hijau dan biru yang lebih kaya. Sehingga jika kita memang berkecimpung di dunia cetak printing profesional yang membutuhkan gradasi warna yang lebih luas dan untuk menghasilkan kualitas cetakan terbaik, maka sangat disarankan untuk kita menggunakan standar color gamut satu ini.
Cakupan warna Adobe RGB sendiri berada disekitar 52% ruang warna CIE 1931, berbeda dengan sRGB yang hanya mencakup warna 36% saja.
4. Digital Cinema Initiatives - Protocol 3 (DCI-P3)
DCI-P3 merupakan standar color gamut yang dikembangkan lebih khusus untuk kebutuhan movie cinematic digital. Dimana cakupan warna yang bisa ditampilkan pada DCI-P3 lebih luas terutama pada warna merah dan hijau dibanding dengan sRGB.
Kebanyakan industri perfilman biasanya akan menggunakan standar warna ini agar bisa menghasilkan rekaman gambar video yang terkesan dinamis dan juga lebih hidup. Adapun cakupan warna DCI-P3 sendiri berada dikisaran 53% dari ruang warna CIE 1931.
5. Rec. 2020
Rec. 2020 merupakan standar color gamut yang diciptakan oleh International Telecommunication Union (ITU) untuk kegunaan siaran distribusi konten video dan televisi dengan kualitas tinggi.
Rec. 2020 dikembangkan untuk mendukung tampilan warna yang lebih baik pada siaran televisi di resolusi UHD maupun 4K termasuk juga untuk streaming video online.
Cakupan warna yang bisa tercover dari Rec. 2020 terbilang cukup tinggi yaitu berada dikisaran 75,8% dari standar ruang warna CIE 1931, lebih luas dari NTSC maupun DCI-P3.
Nah itulah tadi penjelasan mengenai color gamut pada layar monitor serta standar warna apa saja yang sering digunakan.
Pada dasarnya perbedaan diantara jenis color gamut tersebut terletak pada cakupan warna yang bisa ditampilkan pada display monitor. Dimana semakin besar prosentase yang dimiliki, maka semakin banyak warna yang mampu direproduksi oleh suatu layar monitor.
Jadi pemilihan standar color gamut tentu seharusnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan tergantung dari apa yang biasa kita kerjakan sehari-hari baik itu di rumah maupun di kantor saat bekerja.
No comments