Bagi teman-teman yang berniat pergi liburan ke Thailand, maka memilih waktu saat festival ini diadakan mungkin bisa menjadi salah satu opsi rekomendasi yang tepat jika kita memang ingin liburan sambil bersenang-senang.
Lalu apa sih sebenarnya festival Songkran itu? Dan kapan pagelaran ini biasa diselenggarakan.
Nah untuk mengetahui jawabannya, dan agar kita tidak salah pilih waktu untuk travelling ke negeri Gajah Putih, maka langsung saja kita simak penjelasan berikut mengenai seluk-beluk dari festival Songkran.
Mengenal Songkran Festival di Thailand dan Waktu Perayaannya
Songkran merupakan salah satu tradisi paling penting di Thailand dan seringkali dianggap sebagai acara yang merepresentasikan keceriaan dan juga semangat.
Secara umum Songkran merupakan bagian dari festival tahun baru di Thailand yang dirayakan rutin di seluruh negeri dengan memiliki makna yaitu sebagai pembersihan, pemurnian, serta kehidupan awal yang baru.
Pada acara tersebut orang-orang Thailand biasanya akan pergi ke kuil-kuil untuk berdo'a dan membersihkan patung-patung Budha, memberikan bunga kepada orang lain, serta memberikan penghormatan kepada orang tua dan nenek moyang yang sudah tiada.
Selain itu, pada rangkaian acara Songkran terdapat juga tradisi penabalan air wangi bunga yang akan dioleskan pada bagian kepala serta tangan sebagai tanda penghormatan.
Namun salah satu ciri khas yang paling terkenal dan paling ditunggu dalam perayaan Songkran, yaitu tentang tradisi meluapkan air. Dimana pada saat itu orang-orang akan berkumpul di jalanan sambil membawa banyak air yang disimpan dalam wadah seperti ember, pistol air, selang, maupun media lainnya.
Lalu mereka akan melakukan "perang air" dan menyirami orang-orang yang ada disekitar sampai basah kuyup. Selain sebagai sarana bermain yang menyenangkan, tradisi saling menyiram air inipun seringkali disimbolkan sebagai proses pembersihan diri dari dosa yang telah dilakukan di tahun sebelumnya.
Waktu Penyelenggaraan Festival Songkran dan Sejarahnya
Pada awalnya festival satu ini rutin diadakan setiap tahun berdasarkan perhitungan kalender lunar Thailand yang berakar pada tradisi agama Budha dan juga Hindu.
Adapun tradisi penyiraman air yang kini menjadi ciri dan keunikan dari Festival Songkran sendiri, kemungkinan besar berasal dari tradisi kuno Thailand, dimana orang-orang seringkali pada periode tertentu selalu rutin untuk membersihkan patung-patung dewa di kuil-kuil sebagai simbol untuk pembersihan spiritual.
Perayaan ini pada zaman dahulu sering dimulai dengan ditandai dari transisi perubahan musim kering (kemarau) ke musim penghujan. Sehingga pada saat itu, festival Songkran waktunya selalu tidak pasti dan seringkali berubah-ubah setiap tahunnya.
Baru pada masa pemerintahan Raja Rama V (Raja Chulalongkorn), yakni sekitar tahun 1888 aturan penyelenggaraan acara Songkran ini kemudian diubah dan dirayakan setiap tanggal 13 sampai 15 April, sebagaimana berlaku hingga sekarang.
Penggunaan kalender Gregorian dipilih karena pada waktu itu Thailand ingin mereformasi sistem penanggalan di negaranya, dimana sistem penanggalan gregorian (tahun Masehi) memang sudah banyak dipakai di seluruh dunia.
Hal ini sebagai bagian dari proses modernisasi dan untuk efisiensi proses administratif agar negara Thailand pada waktu itu bisa lebih diterima dan mudah untuk berinteraksi dengan dunia internasional.
Adapun tanggal 13 - 15 April dipilih, karena pada momen tersebut masih berkorelasi dengan periode tradisional Songkran di Thailand. Dimana pada tanggal tersebut, secara rata-rata merupakan masa dimana akhir musim kemarau berlalu dan awal dari musim hujan datang, yang merupakan penanda dari periode tanam agraria di Thailand.
Lokasi dan Aturan yang Harus Diketahui saat Ingin Mengikuti Festival Songkran
Secara umum di hampir semua pelosok daerah di Thailand biasanya akan mengadakan festival Songkran.
Namun salah satu pusat yang paling terkenal dari penyelenggaraan acara ini jika ingin melihat suasana yang paling meriah, yaitu berada di Kota Chiang Mai yang terpusat di sekitar daerah wisata Kota lama.
Beberapa kota Besar dan Kota wisata lain seperti Bangkok, Phuket, Pattaya, Chiang Rai pun sebenarnya memiliki perayaan Songkran yang hampir mirip dan meriah juga.
Dimana disetiap sudut kota dan jalan-jalan utama disana, biasanya akan ramai oleh orang-orang yang sedang melakukan pawai dan perang air secara besar-besaran.
Selain di Thailand, di beberapa negara tetangga yang dekat pun seringkali memiliki tradisi festival air yang kurang lebih hampir mirip festival Songkran namun dengan nama yang berbeda.
Beberapa kota yang sering mengadakan acara sejenis tersebut, yaitu seperti di Yangon (Myanmar), Phnom penh (Kamboja), Luang Prabang dan Vientiane (Laos).
Nah jika kita pergi ke Thailand dan ingin ikut berpartisipasi dalam festival Songkran, maka ada beberapa hal yang harus diketahui agar kita tidak salah saat merayakan festival tersebut dengan orang-orang lokal disana.
1. Meski sedang bermain air, namun diharapkan kita tidak melepas baju maupun berpakaian terlalu terbuka, hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari penghargaan terhadap budaya setempat yang berkaitan dengan norma adat.
2. Prosesi perang atau penyiraman air, sebaiknya dilakukan dari pagi hingga siang hari saja, dan harus sudah berhenti sebelum matahari terbenam. Jika melebihi batas waktu sore, hal tersebut dianggap tidak sopan dan tidak sesuai dengan tradisi Songkran.
3. Saat festival berlangsung kita boleh menyiram siapapun termasuk orang yang tidak dikenal sekalipun. Namun ada beberapa orang yang dilarang untuk disiram, yaitu biarawan/biarawati, wanita hamil, dan juga bayi.
Selain itu, saat festival berlangsung orang-orang mungkin akan menempelkan sejenis pasta atau bubuk putih pada bagian pipi maupun dahi mereka. Hal memiliki makna sebagai proses untuk menghilangkan nasib buruk, layaknya noda yang terhapus oleh air.
Nah demikianlah postingan kali ini mengenai penyelenggaraan festival Songkran yang biasa diadakan di Negara Thailand.
Jika kita ingin berpartisipasi pada acara tersebut, jangan lupa agar kita selalu mengikuti tradisi dan aturan yang berlaku, sebagai bagian dari penghormatan terhadap budaya lokal yang ada disana.
No comments