Sekitar abad ke-17 M lalu, Kota Batavia merupakan sebuah benteng yang terisolasi di tengah hutan yang sangat lebat. Namun pada periode tersebut, Batavia adalah salah satu pusat dari kekuatan laut dan ekonomi yang begitu besar.
Pada tahun 1793 Republik Belanda saat itu, memutuskan untuk mengikuti jalan yang ditempuh oleh negara Britania Raya, yaitu ikut terjun dalam perang melawan Negara Prancis.
Ribuan orang-orang Belanda yang pada saat itu dibuang oleh pasukan kontra-revolusi sekitar tahun 1787, lalu memutuskan untuk bergabung dan membentuk sebuah organisasi yang disebut Legiun Batavia.
Nah, salah satu dari Perwira Komandan Legiun tersebut adalah Herman Willem Daendels, yaitu seorang mantan pengacara di kota kecil Hattem, Provinsi Gelderland, Belanda.
Herman Willem Daendels, selain sebagai pengacara dia juga terkenal sebagai seorang orator revolusioner ulung di "patriot". Dan karena keahliannya itulah yang kemudian membawa seorang H.W Daendels bisa diangkat untuk memimpin suatu wilayah di timur jauh sebagai seorang Gubernur Jenderal.
Adapun daerah tersebut adalah Pulau Jawa yang pada saat itu banyak diperebutkan oleh beberapa negara penjajah.
Daendels sendiri, tiba di Hindia Belanda (Indonesia) yaitu lebih tepatnya berlabuh untuk pertama kali di pelabuhan Banten pada tanggal 1 januari 1808, setelah menempuh pelayaran yang begitu sulit dan berbahaya.
Daendels diberikan kekuasaan yang sungguh luar biasa besar dan membuatnya bisa bebas dari Dewan Hindia. Adapun tujuan utama dikirimnya Daendels ke Indonesia pada saat itu adalah untuk bisa mengambil alih kembali Pulau Jawa dari tangan kekuasaan Britania Raya yang sebelumnya berhasil dikuasai.
Dalam praktik melaksanakan tugasnya, dia pun banyak mengambil beberapa kebijakan yang sangat krusial seperti menangkap berbagai macam tindakan korupsi, menghancurkan lalu merestorasi ulang sistem administrasi, membangun jalan-jalan, benteng serta beberapa tugas-tugas lainnya.
Adapun yang mungkin paling terkenal dan juga sudah diketahui bersama oleh kita masyarakat Inodnesia yaitu pembangunan proyek jalan de grote postweg (jalan raya pos), salah satu jalan terpanjang yang ada di Indonesia dengan membentang dari Anyer hingga Panarukan sepanjang kurang lebih 1.000 KM dengan melewati beberpa provinsi.
Dan pada faktanya, dalam pembangunan jalan raya tersebut banyak memakan korban jiwa terutama dari pihak pribumi Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang terbunuh atau mati karena kelaparan, serta tidak sedikit pula uang pesangon yang juga tidak dibayarkan kepada mereka.
Dan walaupun pada saat itu dia tidak punya banyak pengetahuan pribadi tentang kondisi pulau Jawa, namun dia justru langsung dengan cepat sampai pada kesimpulan bahwa tanam paksa di Jawa harus diperluas bukan justru dikurangi.
Selain itu kemudian diapun menyuruh VOC untuk membedakan antara tanah yang didapat melalui penaklukan, yakni dataran rendah disekitar Batavia, dan tanah yang kedaulatannya diserahkan oleh para raja, yakni priangan dan pantai timur laut Batavia.
Daendels sebenarnya menjual banyak tanah yang luas di barat dan timur Batavia. Tapi transaksi terbesarnya adalah melakukan penjualan seluruh kabupaten Probolinggo di Jawa Timur kepada orang Cina, dengan harga satu juta dollar pada waktu itu.
Hal Positif dari Kepemimpinan Daendels
Selain pembangunan jalan tersebut, seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa salah satu dari tindakan yang diambil Gubernur Jenderal baru itu adalah dengan melakukan reformasi total pada bidang administrasi.
Beberapa hal yang dilakukan oleh Daendels yaitu seperti mengangkat semua bupati Jawa menjadi pejabat pemerintah Belanda, dengan tugas agar dapat lebih patuh dan juga dapat melindungi mereka dari beban pemerasan dan perlakuan menghina dari pihak Eropa.
Daendels pun kemudian memutuskan pemisahan wewenang di dalam urusan yang berhubungan dengan ranah pengadilan. Dia memberikan setiap kabupaten, dan diatas kabupaten, setiap prefektorat dengan membentuk pengadilannya sendiri.
Dimana dalam menjalankan pengadilan tersebut harus setidaknya terdiri dari beberapa elemen kelompok yaitu terdiri atas orang Indonesia, dengan didampingi oleh dua anggota orang Eropa di dalam pengadilan-pengadilan tingkat prefektorat tersebut.
Daendels sendiri merupakan orang yang terkenal dengan selalu menolak berkompromi kecuali bila bagus untuk kepentingannya sendiri.
Dia pun melakukan berbagai macam keputusan lain seperti mengubah kedudukan para residen menjadi menteri, dengan tetap memakai atribut kerajaan "payung mas", serta keputusan untuk tidak perlu mengangkat topi pada waktu memberi hormat kepada raja, dst.
Baca Juga : Inilah Bahasa Tua di Dunia yang Masih Digunakan Hingga Sekarang
Dengan segala baik dan buruknya selama ia memipin sebagai Gubernur Jenderal di Pulau Jawa itu, Daendels nampaknya memang merupakan peniru setia dari apa yang dikenal sebagai sang revolusioner Prancis yaitu Napoleon Bonaparte.
Sikapnya yang keras dan tak mau mengalah dengan kemauan dia juga yang bisa dibilang pantang menyerah, membuat Daendels terkadang disebut sebagai Napoleon dari Batavia.
No comments