Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan memiliki banyak sekali keanekaragaman suku di dalamnya. Sehingga tidak heran jika kita bisa menemukan dengan mudah berbagai macam adat dan budaya yang berbeda-beda dari setiap suku tersebut.
Adapun salah satu suku yang mungkin sudah tidak asing lagi dan sudah banyak dikenal yaitu mengenai keberadaan suku Baduy yang hidup dan menetap di wilayah Lebak, Provinsi Banten.
Berbeda dengan suku kebanyakan yang ada di Indonesia, suku Baduy ini boleh dikatakan menjadi salah satu dari sedikit suku di Indonesia yang tidak mau atau belum menerima modernisasi dan lebih memilih untuk mengisolasi kehidupannya dari dunia luar.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor dan salah satunya yaitu karena mereka masyarakat Baduy beralasan ingin tetap melestarikan budaya yang telah diajarkan oleh leluhur mereka secara turun-temurun hingga saat ini.
Meskipun begitu, sebenarnya diantara suku ini terdapat kelompok yang memang sudah mulai menerima modernisasi dan sudah lebih terbuka. Kelompok ini sering disebut dengan suku baduy luar, dimana lokasi tempat tinggal mereka pun sudah terpisah dengan baduy dalam yang memang masih memegang erat tradisi.
Adapun perkampungan dari kelompok baduy dalam ini yaitu berada di ring paling depan ketika akan memasuki ke wilayah baduy.
Nah selain adanya perbedaan kelompok tersebut, sebenarnya masih terdapat beberapa fakta menarik lain tentang suku pedalaman satu ini yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang-orang.
Apa sajakah itu? Untuk mengetahuinya maka langsung saja kita simak ulasan berikut ini.
Fakta Suku Baduy Yang Belum Banyak Orang Tahu
1. Penggunaan Istilah Baduy
Kata baduy atau dalam istilah KBBI sering juga ditulis dengan menggunakan kata badui, banyak dianggap oleh masyarakat dari luar sebagai nama asli dari suku satu ini. Padahal pada kenyataannya hal itu kurang tepat, melainkan istilah yang benar untuk menyebut penduduk ini yaitu bisa dengan sebutan orang kanekes atau suku kanekes.
Adapun penyebutan kanekes memang lebih disukai oleh penduduk setempat, hal ini karena kata kanekes sendiri merupakan nama dari desa atau nama asal tempat tinggal yang mereka diami saat ini.
Lalu dari mana asal kata penyebutan suku badui? Sebenarnya tidak ada orang yang benar-benar mengetahui secara pasti. Namun kata tersebut diperkirakan berasal dari penamaan yang diberikan oleh peneliti dari Belanda pada waktu itu.
Penyebutan tersebut diberikan karena kehidupan orang kanekes yang dianggap banyak memiliki kemiripan dengan kehidupan orang-orang suku Badawi atau suku badui yang berada di jajirah Arab.
Adapun salah satu kemiripan yang ada yaitu tentang kehidupan mereka yang selalu berpindah-pindah (nomaden), meskipun saat ini orang kanekes sendiri sudah tidak melakukan hal tersebut.
Selain itu, alasan lainnya mengapa suku ini disebut dengan suku badui karena disekitar tempat tinggal mereka juga terdapat sebuah aliran sungai dan juga gunung yang sama-sama memiliki nama badui.
2. Derajat Kekayaan
Kita atau bagi orang-orang yang sudah tinggal di daerah dengan tingkat kemodernan tinggi seperti contohnya di wilayah perkotaan, sering menilai bahwa orang kaya atau orang yang memiliki banyak harta dapat dinilai jika mereka memiliki banyak properti yang bagus seperti rumah atau mobil.
Semakin banyak dan juga semakin mewah, maka orang tersebut bisa dianggap sudah sangat kaya.
Namun hal itu tentu saja tidak berlaku bagi penduduk kanekes. Mereka melihat status kekayaan tidak berdasarkan kepemilikan rumah, maupun properti mewah lainnya, hal ini karena kebanyakan orang-orang kanekes memang memiliki bentuk rumah yang hampir mirip dengan terbuat dari kayu dan juga bambu.
Melainkan untuk mengetahui status kekayaannya, maka bisa dilihat dari jenis tembikar yang dimiliki yang biasanya sudah terlapisi dengan bahan kuningan. Semakin banyak penduduk yang memiliki tembikar kuningan tersebut, maka tingkat status penduduk akan dianggap semakin tinggi.
3. Tradisi Larangan Dikunjungi
Ketika berkunjung ke wilayah desa adat seperti desa kanekes, tentu saja banyak sekali aturan-aturan yang wajib dan mesti ditaati. Salah satunya yang ada di desa kanekes yaitu mengenai larangan bagi pengunjung untuk datang ke tempat ini.
Ya, larangan yang dimaksud yaitu mengharuskan agar siapapun untuk tidak boleh masuk ke dalam wilayah kampung kanekes selama periode tertentu.
Biasanya ini terjadi hanya sekitar 3 bulan penuh setiap tahun. Pada saat itu orang-orang kanekes terutama penduduk kanekes dalam memang sedang mengadakan suatu ritual upacara rutin yang sering disebut dengan tradisi upacara atau puasa kawalu.
Selama pelaksanaan kegiatan itu berlangsung, masyarakat kampung kanekes diwajibkan untuk lebih mendekatkan kepada Tuhan dan diharapkan untuk selalu berdoa agar selalu diberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada semua masyarakat yang tinggal.
Sehingga untuk alasan tersebut lah dan juga agar penduduk dapat lebih fokus dalam menjalani ibadah, maka orang atau pengunjung yang memang berasal dari luar sangat dilarang untuk masuk pada periode tersebut.
4. Makanan Mewah Suku Baduy
Jika sebelumnya ada tingkat status kekayaan, maka di kehidupan masyarakat badui pun terdapat pula jenis makanan mewah yang biasa disantap oleh mereka.
Namun berbeda dengan masyarakat modern yang mungkin sangat mahal dan bermacam-macam dalam hal makanan mewah, maka pada kebiasaan masyarakat adat badui ini makanan yang dikategorikan mewah bisa dikatakan cukup tergolong sederhana bagi kebanyakan dari kita.
Ya, makanan mewah yang biasa disantap oleh orang kanekes tersebut yaitu hanya berupa hidangan yang berasal dari ayam. Bagi masyarakat sekitar ayam memang merupakan makanan yang terbilang sangat mewah, karena penduduk sangat jarang sekali mengkonsumsi ayam.
Dalam keseharian kebanyakan dari mereka hanya makan dari hasil alam berupa tumbuh-tumbuhan dan juga sayuran, sedangkan makanan seperti ayam hanya disantap di momen-momen tertentu saja seperti pada saat ada upacara adat, upacara pernikahan maupun upacara kelahiran.
5. Kopi Khas Baduy
Salah satu hal yang mungkin bisa kita coba saat mengunjungi kampung adat kanekes ini yaitu mengenai kehadiran kopi dengan memiliki citarasa yang cukup berkarakter.
Kita tahu bahwa orang badui atau orang kanekes selalu memenuhi keperluan sehari-hari dengan cara mengambil dari apa yang telah sediakan oleh alam. Nah salah satunya yaitu kopi yang dibudidayakan secara alami.
Kopi badui ini memang memiliki rasa khas tersendiri. Selain karena kopinya, juga karena cara penyajian yang masih tradisional yaitu hanya menggunakan bambu sebagai pengganti gelas untuk menyeduh kopi.
Hal ini memang karena penduduk setempat tidak diperbolehkan untuk menggunakan peralatan modern seperti piring maupun gelas. Namun meskipun begitu, kopi yang dihasilkan dari cara penyajian dengan memakai gelas bambu ini justru akan menghasilkan citarasa dan aroma unik khas bambu yang mungkin jarang kita jumpai.
Hal tersebut tentu saja patut untuk kita coba apalagi bagi orang yang memang sangat menyukai kopi.
Baca Juga : Mengenal Kampung Adat Naga di Tasikmalaya
Bagaimana jadi siapkah anda untuk berkunjung ke desa adat satu ini?
Namun sebelum benar-benar memutuskan untuk pergi ke sana, tentu saja kita harus sudah mempersiapkan diri terutama dengan tradisi-tradisi lokal yang harus kita pelajari terlebih dahulu agar nantinya kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mungkin dapat melanggar saat kita sudah datang kesana.
Demikianlah artikel kali ini tentang fakta menarik mengenai suku masyarakat kanekes badui yang mungkin belum banyak orang tahu. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan akhir kata sampai berjumpa kembali di artikel lain selanjutnya. Terima kasih
No comments