Arkeologi secara sederhana dapat di definisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan manusia di masa lalu. Hal ini tentunya hampir sama dengan pembahasan pada ilmu antroplogi, yang juga sama-sama termasuk ilmu humaniora.
Akan tetapi yang menjadi pembeda di antara keduanya yaitu, jika antropologi membahas tentang kebudayaan manusia dilihat dari sisi aktifitas dan kebiasaan manusia sebagai objek penelitian. Maka arkeologi akan melihatnya lebih kepada peninggalan-peninggalan kebudayaan manusia yang bersifat fisik atau bendawi.
Barang-barang dari peninggalan kuno bersejarah ini biasa dikenal dengan sebutan artefak. Adapun objek dari penelitian tersebut misalnya saja dapat berupa prasasti, benda-benda peniggalan manusia masa lalu seperti peralatan perang, peralatan makan dan bahkan juga dapat berupa dokumen-dokumen peniggalan masa lampau.
Barang-barang dari peninggalan kuno bersejarah ini biasa dikenal dengan sebutan artefak. Adapun objek dari penelitian tersebut misalnya saja dapat berupa prasasti, benda-benda peniggalan manusia masa lalu seperti peralatan perang, peralatan makan dan bahkan juga dapat berupa dokumen-dokumen peniggalan masa lampau.
Yang jelas diantara kedua ilmu tersebut, yakni arkeologi dan antropologi akan saling berhubungan, karena pada dasarnya arkeologi sebagai cabang dari sebuah ilmu sedianya tidaklah dapat berdiri sendiri. Melainkan akan selalu memerlukan ilmu bantu lain sebagai pelengkap di dalam mempelajari ilmu arkeologi itu sendiri.
Hubungan Antar Disiplin Ilmu Humaniora
Lalu arkeologi sebagai bagian dari cabang ilmu humaniora setidaknya akan berhubungan dengan dua ilmu yang memiliki kedekatan satu dengan yang lain didalam membedah ilmu arkeologi.
Salah satu contohnya, yaitu bahwa ilmu arkeologi akan selalu berhubungan dan saling berkaitan dengan ilmu antropologi dan juga ilmu sejarah.
Dari ketiga ilmu tersebut, ketika saling berkaitan maka akan memunculkan sebuah irisan, dimana dari setiap irisan tersebut akan menghasilkan sebuah ilmu yang baru.
Irisan antara ilmu arkeologi dengan ilmu sejarah (history) akan menghasilkan ilmu arkeologi sejarah (historical archaelogy), sedangkan hasil dari irisan arkeologi dengan antropologi akan menghasilkan arkeologi budaya (ethno archaelogy).
Ruang Lingkup Ilmu Sejarah-Arkeologi-Budaya
Historical archaelogy merupakan bentuk dari ilmu arkeologi yang berhubungan dengan sebuah peristiwa-peristiwa masa lalu atau sebuah peeristiwa sejarah.
Dimana di dalam setiap peristiwa-peristiwa masa lampau tersebut telah meninggalakan peninggalan sejarah berupa benda-benda maupun situs-situs yang nantinya benda-benda atau situs-situs tersebut akan dijadikan sebagai bahan penelitian dari ilmu arkeologi.
Dalam hal ini arkeologi berfungsi sebagai suatu bahan atau sumber dalam merekonstruksi peristiwa masa lalu yang pernah terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa arkelogi adalah ilmu bantu dalam penelitian ilmu sejarah.
Baca Juga : Perkembangan Ilmu Sosiologi dan Para Tokohnya
Ethno archaelogy merupakan bentuk dari ilmu arkeologi yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat yang hidup pada zaman dahulu. Dengan ilmu ini maka bisa terlihat apakah suatu peninggalan itu cocok dengan budaya masyarakat yang berkembang pada masa itu ataukah tidak.
Sehingga dengan bantuan ilmu ini arkeologi dapat merekonstruksi kehidupan masyarakat pada masa lalu melalui data materi maupun non materi dari tradisi masyarakat dan kebudayaan yang berlaku pada masa itu.
Dengan ilmu bantu itu arkeologi juga dapat memperkirakan temuan dari benda-benda atau peninggalan masa lalu itu, berasal dari budaya mana atau pada masa kapan masyarakat itu hidup.
Unsur Mitos dalam Ilmu Arkeologi
Satu hal yang terkadang selalu muncul di dalam pembahasan ilmu arkeologi adalah tentang hadirnya unsur mitos di dalam sebuah objek penelitian ilmu arkeologi.
Hal ini biasanya terjadi karena adanya pemahaman atau kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat terhadap situs arkeologi yakni benda-benda peninggalan masa lampau dimana setiap benda peninggalan tersebut dianggap oleh masyarakat memiliki kekuatan atau manfaat yang tidak dapat dijelaskan oleh akal sehat pada umumnya.
Biasanya mitos-mitos ini dapat berupa pantrangan atau larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang berada didalam sebuah situs arkeologi, ataupun mitos-mitos tersebut dapat pula berupa kekeramatan akan sebuah benda atau peninggalan di masa lalu.
Simbol keramat ini yang kemudian sering kali membuat orang-orang untuk datang berbondong-bondong melakukan ziarah ke tempat yang dianggap memiliki tuah tersebut dengan tujuan yaitu untuk mendapatkana berkah.
Hal ini biasanya terjadi karena adanya pemahaman atau kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat terhadap situs arkeologi yakni benda-benda peninggalan masa lampau dimana setiap benda peninggalan tersebut dianggap oleh masyarakat memiliki kekuatan atau manfaat yang tidak dapat dijelaskan oleh akal sehat pada umumnya.
Biasanya mitos-mitos ini dapat berupa pantrangan atau larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang berada didalam sebuah situs arkeologi, ataupun mitos-mitos tersebut dapat pula berupa kekeramatan akan sebuah benda atau peninggalan di masa lalu.
Simbol keramat ini yang kemudian sering kali membuat orang-orang untuk datang berbondong-bondong melakukan ziarah ke tempat yang dianggap memiliki tuah tersebut dengan tujuan yaitu untuk mendapatkana berkah.
Contoh kecil dari masih adanya kepercayaan masyarakat tentang adanya unsur mitos dapat kita lihat pada bangunan di area Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.
Di wilayah masjid agung tersebut ada beberapa area yang dikeramatkan, misalnya saja di sekitar area makam, dimana para pengunjung yang datang kesana hampir semua memiliki tujuan untuk berziarah.
Salah satu benda yang dikeramatkan di area tersebut adalah gentong kong yang berasal sekitar abad ke-14M, dimana didalam gentong tersebut berisi air yang dianggap suci oleh masyarakat setempat yang apabila orang membasuh muka atau berwudhu dengan menggunakan air itu, dipercaya bahwa orang tersebut akan mendapat berkah, segera mendapat jodoh dan bahkan menjadi awet muda.
Bagi para kaum intelektual atau ilmuwan hal itu mungkin saja dianggap tidak memiliki landasan dasar dari ilmu yang telah mereka pelajari. Namun demikian dengan adanya unsur mitos tersebut kita tetap harus menghargainya karena hal itu adalah bagian dari budaya masyarakat itu sendiri.
Baca Juga : Pengertian Sejarah Mikro atau Micro History
Terlepas dari benar atau tidaknya yang jelas mitos tersebut oleh masyarakat sekitar masih dipercayai hingga sekarang. Hal itu tentunya bagi kita harus disikapi dengan positif, bukan masalah percaya atau tidaknya melainkan agar kita ataupun orang-orang dapat menghargai budaya dan tentu juga dapat menjaga terhadap benda-benda peninggalan masa lalu.
No comments