Upacara minum teh di Jepang atau biasa disebut dengan istilah Chanoyu (茶の湯) secara harfiah memiliki arti "air panas untuk minum teh" merupakan sebuah tradisi tentang tatacara menyiapkan, menyeduh, dan menikmati teh hijau bubuk (matcha) di Jepang yang biasa dilakukan oleh para pemilik rumah untuk menyambut setiap tamu yang datang ke rumahnya.
Biasanya dalam tradisi meminum teh ini, dihidangkan pula permen tradisional khas Jepang yang bertujuan untuk menetralkan dari rasa pahit saat meminum teh.
Asal Usul Tradisi Minum Teh di Jepang
Tradisi Chanoyu sebenarnya bukan berasal dari kebudayaan asli Jepang. Sejarah mencatat bahwa tradisi dari seni meminum teh ini awalnya dibawa oleh orang-orang Budhisme aliran zen dari Cina yang datang ke Jepang sekitar abad ke-13 M.Meskipun sebagai tradisi yang berasal dari luar akan tetapi teh itu sendiri sebenarnya sudah dikenal luas oleh masyarakat Jepang jauh sebelumnya karena teh sudah mulai dibudidayakan di Jepang sekitar abad ke-8 M.
Selain tradisi meminum teh, orang-orang budhisme zen juga mengenalkan beberapa budaya lain kepada masyarakat Jepang seperti tentang tatacara pembuatan taman pemandangan alam dan seni merangkai bunga yang dikenal dengan istilah Ikebana (Agung, 2006 : 80).
Acara minum teh atau Chanoyu dapat diselenggarakan kapan saja sepanjang tahun. Namun pada dasarnya ada dua cara yang umum dilakukan dalam persiapan dan pelaksanaan upacara minum teh, yaitu cara persiapan musim panas (summer) dan cara persiapan musim dingin (winter).
Perbedaan utama diantara keduanya yaitu ada pada peralatan yang digunakan saat menyeduh teh, yakni jika pada musim panas Kama atau ketel besi yang digunakan akan ditempatkan di atas anglo, maka jika pada musim dingin Kama yang digunakan akan ditempatkan di sebuah perapian cekung disebut Ro yang merupakan lubang persegi di lantai Tatami.
Acara minum teh atau Chanoyu dapat diselenggarakan kapan saja sepanjang tahun. Namun pada dasarnya ada dua cara yang umum dilakukan dalam persiapan dan pelaksanaan upacara minum teh, yaitu cara persiapan musim panas (summer) dan cara persiapan musim dingin (winter).
Perbedaan utama diantara keduanya yaitu ada pada peralatan yang digunakan saat menyeduh teh, yakni jika pada musim panas Kama atau ketel besi yang digunakan akan ditempatkan di atas anglo, maka jika pada musim dingin Kama yang digunakan akan ditempatkan di sebuah perapian cekung disebut Ro yang merupakan lubang persegi di lantai Tatami.
Perbedaan lainnya yaitu ada penempatan peralatan yang digunakan untuk menyiapkan teh hijau akan disimpan di lokasi yang berbeda pula.
Tatacara Minum Teh Ala Orang Jepang
Dalam pelaksanaan upacara minum teh terdapat setidaknya dua bentuk teh hijau yang biasa digunakan, yaitu koicha (濃茶) dan usucha (薄茶). Koicha adalah teh hijau tebal (kental) yang dibuat dalam jumlah kecil dengan menambahkan air panas kedalam bubuk teh lalu ditumbuk dengan semacam pengaduk dari bambu hingga berbusa.Teh koicha tersebut diletakan pada sebuah gelas berbentuk mangkuk yang harus diminum berbagi secara bergantian oleh para tamu didalam mangkuk yang sama itu.
Berbagi satu mangkuk teh ini mempunyai maksud yang melambangkan kesatuan hati dan pikiran di antara para tamu. Pada saat meminum teh koicha, tuan rumah pun akan menentukan sisi mangkuk mana yang paling indah.
Berbagi satu mangkuk teh ini mempunyai maksud yang melambangkan kesatuan hati dan pikiran di antara para tamu. Pada saat meminum teh koicha, tuan rumah pun akan menentukan sisi mangkuk mana yang paling indah.
Sisi ini disebut sebagai sisi depan dari mangkuk. Saat mangkuk dipegang oleh tuan rumah dan akan disajikan kepada para tamu, maka bagian depan selalu menghadap kepada tamu.
Namun, ketika teh akan dikonsumsi oleh tamu, mangkuk harus diputar terlebih dahulu sehingga sisi yang paling indah akan menghadap tuan rumah, dan tamu menghindari minum dari sisi depan tersebut. Praktek ini mempunyai filosofi tentang semangat dan prinsip-prinsip pengumpulan teh.
Namun, ketika teh akan dikonsumsi oleh tamu, mangkuk harus diputar terlebih dahulu sehingga sisi yang paling indah akan menghadap tuan rumah, dan tamu menghindari minum dari sisi depan tersebut. Praktek ini mempunyai filosofi tentang semangat dan prinsip-prinsip pengumpulan teh.
Sementara itu jenis teh lainnya yang biasa digunakan dalam upacara chanoyu yaitu usucha, merupakan jenis teh hijau tipis yang ditambahkan banyak air saat proses mencampurnya.
Rasa yang dihasilkan dari teh usucha cenderung lebih ringan dibandingkan dengan teh koicha, sehingga membuat banyak orang lebih cocok dengan jenis teh ini.
Berbeda dengan penjamuan teh koicha, dalam acara minum teh usucha setiap tamu yang hadir akan diberikan mangkuk masing-masing untuk bisa menikmati teh usucha ini.
Berbeda dengan penjamuan teh koicha, dalam acara minum teh usucha setiap tamu yang hadir akan diberikan mangkuk masing-masing untuk bisa menikmati teh usucha ini.
Nilai Filosofis Chanoyu
Berdasarkan dari salah satu ajaran master Chanoyu Jepang yang sangat terkenal yaitu Sen no Rikyu (1522 - 1591), bahwa Chanoyu dilakukan tidak hanya sebagai sebuah tradisi upacara minum teh saja, melainkan mengandung nilai filosofis yang sangat tinggi.Beberapa nilai yang ada didalam tradisi upacara minum teh ini yaitu terdiri dari nilai Wa, Kei, Sei, dan Jaku.
1. Makna dari Wa
Wa berarti keselarasan (harmoni), yang mana upacara minum teh ini menyatukan antara pemilik rumah, tamu, dan alam. Pemilik rumah akan berusaha membawa kualitas yang harmonis ini ke ruang teh dan kebun di sekitar rumah.Peralatan yang digunakan selama upacara minum teh juga harus sama, sehingga akan menimbulkan tema yang selaras.
2. Makna dari Kei
Kei berarti rasa hormat. Para tamu harus menghormati semua hal tanpa melibatkan status atau posisi mereka dalam kehidupan.Contohnya ketika para tamu masuk kedalam ruangan, mereka harus merangkak melalui pintu masuk kecil yang disebut Nijiriguchi, tujuannya adalah agar mereka selalu memiliki sifat rendah hati (tidak sombong).
Di dalam ruangan mereka semua akan berlutut dan membungkuk ke sebuah gulungan yang menggantung, mereka akan duduk bersebelahan satu sama lain dalam posisi duduk seiza di atas tatami.
Di dalam ruangan mereka semua akan berlutut dan membungkuk ke sebuah gulungan yang menggantung, mereka akan duduk bersebelahan satu sama lain dalam posisi duduk seiza di atas tatami.
Rasa hormat juga ditunjukkan dengan hati-hati ketika menangani dan mengamati mangkuk teh dan benda-benda lainnya selama upacara minum teh berlangsung.
3. Makna dari Sei
Sei berarti kesucian, bertujuan untuk membersihkan diri secara spiritual untuk membuat hati dan pikiran menjadi murni kembali. Ketika para tamu telah merangkak masuk ke dalam ruang teh, seseorang dianggap telah meninggalkan semua pikiran dan kekhawatiran kehidupan sehari-hari mereka.Baca Juga : Agama yang dianut oleh Orang Jepang
Ruang teh atau dikenal dengan istilah Cha-shitsu adalah dunia yang berbeda di mana seseorang dapat kembali menghidupkan, memperlambat, dan menikmati kehadiran bersama orang lain.
4. Makna dari Jaku
Jaku berarti ketenangan. Kedamaian batin akan dihasilkan setelah tiga prinsip pertama yaitu keselarasan, rasa hormat, dan kesucian telah ditemukan, dan dialami, yang membuat orang-orang akhirnya dapat mewujudkan ketenangan.
Dengan ketenangan batin ini memungkinkan seseorang diharapkan untuk mampu benar-benar berbagi.
No comments