Home
Budaya
Pengetahuan
Isi Cerita dari Karya Sastra Serat Menak (Yogyakarta)

Isi Cerita dari Karya Sastra Serat Menak (Yogyakarta)


Serat Menak (Yogyakarta) adalah salah satu dari karya sastra yang terkemuka di dalam khazanah ilmu sastra Jawa. Serat Menak ini tergolong kedalam salah satu dari jenis historiografi tradisional di Indonesia.

Serat ini digubah oleh Yasadipura, yaitu seorang yang hidup pada masa 1729 hingga 1803, dan berkedudukan sebagai pujangga kraton Surakarta pada zaman pemerintahan Paku Buwana III dan Paku Buwana IV.

Setelah Yasadipura meninggal, kedudukan pujanga Surakarta dipercayakan kepada putranya yang juga bernama Yasadipura, dan terkenal sebagai Yasadipura II, selain juga dikenal sebagai Raden Tumenggung Sastranegara.

Oleh karena itu di dalam sejarah perkembangan sastra Jawa, sedikit sulit untuk melacak apakah suatu karya sastra itu hasil karya dari Yasadipura I ataukah Yasadipura II, termasuk di dalamnya karya Serat Menak ini.


Isi Kisah dari Serat Menak

Dalam tulisan karya sastra ini, sebenarnya terdiri dari banyak sekali chapter atau bagian bab cerita. Namun untuk lebih memudahkan pembaca agar lebih paham. Kisah ini akan dipersingkat hingga menjadi beberapa bagian bab saja. 


Chapter 1 Raja Medayin

Alur cerita utama dari serat menak (Yogyakarta) ini adalah berkisah tentang sebuah negeri yang bernama Medayin. Di negeri tersebut terdapat seorang Raja mahsyur yang bernama Prabu Serah. Dia merupakan Raja yang sangat baik, bijaksana dan sangat kaya raya.

Meskipun demikian dia belum puas dengan apa yang dimilikinya itu. Hingga pada suatu ketika ia memutuskan untuk meminta patihnya yang bernama Patih Bujantir untuk membuat sebuah istana seperti layaknya yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman. Selain itu, raja pun menginginkan untuk bisa berbicara dengan segala macam mahluk.

Agar dapat mewujudkan keinginannya tersebut, atas usulan patihnya raja diminta untuk bertapa selama beberapa waktu. Raja menyanggupi dan langsung bertapa di dasar laut dengan masuk kedalam sebuah tong yang sangat besar.

Setelah lebih dari satu tahun dalam tapanya, raja mendapat bisikan dari sosok gaib dan kemudian diberikan sebuah kulit kayu. Dimana kulit kayu tersebut harus dimasak dengan roti agar seluruh keinginannya itu dapat terwujud.

Raja kemudian memerintahkan pembantunya untuk memasak kulit kayu itu dengan roti. Namun, tiba-tiba datang anak pembantu itu yang bernama Lukmanakim, kemudian tanpa basa-basi malah langsung memakan roti tersebut.

Lukmanakim kemudian menjadi seorang yang dapat berbicara dengan binatang dan ia juga dapat melihat serta berbicara dengan jin. Kesaktian Lukmanakim itu kemudian menyebar keseluruh penjuru negeri.

Hingga akhirnya raja memanggilnya untuk membuktikan kekuatannya tersebut, dan kemudian Lukmanakim membuat seorang yang tua menjadi muda. Dengan hal itu Lukmanakim menjadi semakin tersohor.


Pada suatu hari datang malaikat Jibril yang menyamar menjadi orang yang meminta pertolongan. Pada saat itu, malaikat jibril kemudian menyobek kitab yang dimiliki Lukmanakim.

Raja kemudian ingin menguji kekuatan Lukmanakim kembali. Raja menyuruh Lukmanakim untuk masuk kedalam sebuah tong besar dengan terdapat air mendidih. Dan ketika sudah masuk ke dalam tong tersebut, seketika tubuh Lukmanakim hancur dan ia pun meninggal. Hal itu disebabkan karena kitabnya yang disobek, sehingga membuat kekuatannya menjadi lenyap.


Chapter 2 Aklas Wajir anak Patih Bujantir

Diceritakan Raja Prabu Serah meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya yang bernama Kobatsah. Sementara itu, Patih Bujantir pun telah meninggal dan digantikan oleh putranya juga yang bernama Aklas Wajir.

Di sisi lain, Aklas Wajir pun mempunyai teman yang sangat akrab bernama Bekti Jamal, dia merupakan anak dari Lukmanakim.

Pada suatu saat, Aklas wajir membaca sebuah buku dan mengetahui bahwa umur Bekti Jamal hanya tersisa 40 hari lagi. Agar bisa menghindari dari kematian tersebut, Bekti Jamal disarankan untuk bertapa selama 40 hari.

Namun belum selesai bertapa sebagaimana yang ditentukan, Aklas Wajir malah mengajak Bekti Jamal untuk keluar dari tapanya. Ketika mereka berjalan, tidak sengaja Bekti Jamal menemukan sebuah harta karun. Setelah mengetahui ada harta tersebut, kemudian niat buruk pun muncul dalam lubuk Aklas Wajir yang ingin memiliki hartanya sendiri.

Pada saat itu juga, Aklas Wajir langsung membunuh Bekti Jamal. Setelah mendapatkan harta tersebut, Aklas Wajir kesehariannya hanyalah bersenang-senang saja serta berfoya-foya, hasil kekayaan dari menjual harta karun.

Bekti Jamal ternyata sudah mempunyai anak yang bernama Betal Jemur. Betal Jemur merupakan seorang anak yang pandai. Suatu ketika dia membaca sebuah buku yaitu Adam Maka. Dari buku tersebut terungkap ternyata yang membunuh ayahnya adalah Patih Aklas Wajir.

Mengetahui hal itu, kemudian Betal Jemur meminta kepada Raja untuk menghukum mati Patih Aklas Wajir, karena dia dianggap telah membunuh Ayahnya yaitu Bekti Jamal.


Chapter 3 Raja Arab yang Bijaksana

Kerajaan Medayin kemudian menjadi sebuah Kerajaan yang sejahtera dimana Kerajaan tersebut diperintah oleh Raja Nursewan yang merupakan putra dari Raja Kobatsah.

Suatu ketika Raja Nursewan bertanya kepada kepada Betal Jemur. Apakah ada kerjaan lain yang akan mengalahkan Kerajaan Medayin ini? Tanya raja.

Betal Jemur menjawab : Hanya ada dua kerjaan yang akan mengalahkan kerajaan Medayin ini ya tuan Raja, yaitu Raja dari Arab dan juga Raja dari Ajam yang akan dapat mengalahkan kerajaan ini, ucap patih.

Oleh karena itu, kemudian Raja menyuruh seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang ada di dua kerajaan tersebut.

Atas perintah dari Raja, langsunglah pasukan kerajaan Medayin menyerbu dua Kerajaan itu. Namun, baru saja sampai di Kerajaan Arab, Patih Betal Jemur melihat seorang bayi laki-laki yang merupakan anak raja.

Betal Jemur ingin memungut anak tersebut karena dilihatnya anak tersebut kelak akan menjadi seorang ksatria yang gagah berani dan tak terkalahkan. Namun permintaan tersebut oleh Raja Arab ditolak.

Anak tersebut kemudian diberi nama Raden Hamzah dengan nama kecilnya yaitu Amir. Disaat yang bersamaan pula lahirlah seorang anak yang diberi nama Umarmaya, dia merupakan anak dari Patih Kerajaan Arab yang bernama Patih Jumiril. Dan kedua anak tersebut kemudian disaudarakan.

Ketika menginjak dewasa mereka ternyata menjadi seorang anak yang bengal. Karena ketakutan Raja Arab akan kebengalan anaknya itu, maka Raja Arab yang bernama Prabu Abdul Muntalib menyuruh kedua anak itu, Amir dan Umarmaya untuk berguru mengaji pada seorang penghulu di Balki.

Umarmaya kemudian mengajak Raden Hamzah untuk pulang ke negeri Arab. Lalu sesampainya di negeri Mekah yang merupakan tempat kerajaan Arab berada, mereka disambut oleh Ayah dan saudara-saudaranya dengan sangat meriah. Sang raja berterima kasih kepada Umarmaya yang selalu menjaga dan mengiringi perjalanan Raden Hamzah.

Pada suatu hari Raja Abdul Muntalib menyuruh anak-anaknya yang lain yaitu Abdullah, Abuntalib, dan Abas untuk memberikan upeti kepada Kerajaan Yaman.

Mendengar hal itu, kemudian Amir Hamzah atau Raden Hamzah sangat marah karena tidak habis pikir bahwa Kerajaan besar seperti Kerajaan Mekah harus memberikan upeti kepada Kerajaan Yaman. Oleh sebab itu, kemudian Hamzah dan Umarmaya mengikuti saudaranya untuk mengawasi mereka.

Di saat telah sampai di negeri Yaman, kemudian Hamzah dan Umarmaya muncul dihadapan Raja Yaman yang dikelilingi oleh para prajuritnya. Mereka berdua kemudian menantang Raja Yaman. Raja Yaman kemudian menyuruh para prajuritnya untuk membunuh Hamzah dan Umarmaya.

Disaat para prajurit menyerang, kemudian Hamzah mengambil sebuah bambu, dan kemudian bambu itu dibakarnya lalu dikibas-kibaskanya sehingga membuat negeri Yaman terbakar. Melihat hal itu, kemudian Senapati Kerajaan Yaman yang bernama Andali mencoba menyerang Hamzah dan Umarmaya.

Namun Hamzah segera bertindak, dan ia kemudian balik menyerang Senapati Andali dan menebasnya dengan pedang. Raja Yaman kemudian menjadi marah dan menyuruh Patih Arsad untuk mengerahakan segala bala tentaranya, namun hal itu gagal dan tidak membuahkan hasil.

Raja akhirnya turun tangan dan menghadapi Hamzah secara langsung dengan menaiki Gajah. Amir Hamzah kemudian menaiki kuda kemudian berhadapan dengan sang raja.

Hamzah sambil menaiki kudanya menyeru kepada Raja Yaman yang kafir untuk memeluk agama islam. Namun raja menolak dan kemudian menyerang Hamzah. Hamzah menangkis serangan tersebut dan berbalik menyerang Raja, hingga raja pun akhirnya terjatuh dan kemudian langsung disekap kepala oleh Umarmaya.

Raja diberi pilihan oleh Hamzah yaitu hidup atau mati. Raja kemudian memilih untuk tetap hidup, namun syaratnya yaitu Raja dan seluruh rakyatnya harus mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk islam.

Seketika pula raja Yaman lalu menghaturkan sembah kepada Hamzah dan menyanggupi permintaannya untuk masuk islam. Hal itu membuat didalam hati Amir Hamzah berkata, "inilah rupanya gusti menjadi Kawula dan Kawula telah menjadi Gusti".

Diceritakan Negeri Yaman telah takluk kepada Amir Hamzah. Dan raja Yaman pun menjadi raja yang bijaksana dengan memberikan sebagian hartanya kepada rakyatnya.

Setelah kejadian itu Amir Hamzah kemudian diajak berkeliling  kota ditemani oleh sang Raja. Ketika sampai di alun-alun kota penyambutan meriah sudah disiapkan oleh para rakyat negeri Yaman dengan dibarengi dengan berbagai aktrasi-aktrasi yang sangat memukau hati.

Dan atas kemenangan itu Kerajaan Yaman sekarang menjadi kerajaan yang berada di bawah kerajaan Mekah dan mendapat perlindungan dari kerajaan Mekah.

Dengan berada dibawanya kekuasaan tersebut membuat Kerajaan Yaman menjadi negeri yang damai dan menjadikan rakyatnya aman sejahtera.

Baca Juga : Trimurti dalam Kepercayaan Agama Hindu

Demikianlah isi cerita singkat dari tulisan sastra Serat Menak (Yogyakarta). Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan sampai bertemu lagi di postingan selanjutnya. Terima kasih

No comments

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan.
close