Selain bahasa ibu, dalam masyarakat hidup juga apa yang biasa disebut sebagai bahasa rakyat, yaitu bahasa yang hidup dan dikenal dalam suatu komunitas atau masyarakat, baik itu berbentuk lisan maupun tertulis sebagai bagian dari folklor.
Secara etimologi, folklor adalah peng-indonesiaan kata inggris folklore, kata itu adalah kata majemuk dari dua kata dasar folk dan lore. Folk artinya sama dengan kata kolektif (collectivity).
Definisi Cerita Rakyat (Folklore) Menurut Ahli
Banyak sekali ilmuwan yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai istilah satu bahasa rakyat. Namun pada kesempatan kali ini, hanya akan dibahas dari dua sudut padang ahli saja. Adapun mengenai penjelasan lebih detailnya adalah sebagai berikut.
1. Menurut Alan Dundes (Antropolog)
Ia pernah berpendapat bahwa folk (masyarakat) adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok yang lainnya.
Ciri pengenal tersebut antara lain dapat berwujud; warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, maupun agama yang sama.
Mereka juga mewarisi tradisi yang sama, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi turun-temurun, sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersama dan mereka juga sadar akan identitas kelompoknya.
Jadi, folk adalah sinonim kata kolektif, yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama dan mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat.
Adapun lore adalah suatu tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun-temurun, melalui lisan atau contoh yang disertai gerakan isyarat yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).
2. Menurut Jan Harold Brunvald (Ahli Folklor)
Jan H. Brunvald seorang ahli dalam bahasa rakyat yang berasal dari Amerika serikat telah mengemukakan pendapatnya bahwa folklor paling tidak bisa dibagi menjadi 3 bentuk atau bagian.
Pertama, folklor lisan (verbal folklore), yang bentuknya murni sepenuhnya berasal dari lisan yaitu ucapan dari mulut ke mulut. Beberapa contohnya seperti:
(a) Bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, titel kebangsawanan.
(b) Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, pemeo.
(c) Pertanyaan tradisional seperti teka-teki.
(d) Puisi rakyat seperti pantun, gurindam, syair.
(e) Cerita rakyat prosa seperti mite, dongeng, legenda.
(f) Nyanyian rakyat.
Kedua, folklor sebagian lisan, yaitu campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan yang menjadi kepercayaan rakyat atau permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara adat, pesta rakyat.
Di era modern, kepercayaan rakyat ini sering disebut takhayul, pernyataan lisan yang ditambah dengan gerak isyarat yang mempunyai makna gaib.
Ketiga, folklor bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Bentuknya berupa material dan nonmaterial.
(a) Bentuk material: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, lumbung padi, dan sejenisnya), kerajinan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, masakan dan minuman rakyat, obat-obatan tradisional.
(b) Bentuk nonmaterial: gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan di Pulau Jawa dan gendang di Afrika), dan musik-musik rakyat.
Jenis-jenis Folklor
- Folklor lisan bahasa rakyat (folk speech) yang hidup di Indonesia antara lain: slang yaitu kosa kata dan idiom para penjahat, gelandangan, kolektif khusus. Bahasa rakyat lainnya adalah sirkumlokasi (circumlocation), ungkapan tidak langsung, misalnya ; eyang, mbah untuk macan jika di hutan, kerbau artinya kutu sawah, dan wartawan artinya kuli tinta atau disket.
- Bahasa fisiognomi (physiognomy) adalah julukan berdasarkan hubungan erat dengan bentuk tubuh orang, misalnya si pesek, si gendut, si kurus.
- Bahasa anomatapoetis adalah bahasa yang dibentuk dengan mencontoh bunyi atau suara alamiah. Contoh : suara ayam di Jawa "kukuruyuk", Sunda "kongkorongok", dan Prancis "cocorico".
- Bahasa onomastis adalah nama tradisional jalan atau tempat tertentu yang mempunyai legenda sejarah terbentuknya hal itu. Contohnya Betawi dalam folk berasal dari kata ambet dan tahi yang berarti bau tahi (kotoran). Legendanya berkaitan dengan benteng Sultan Agung di Jayakarta yang disemprot kotoran manusia sehingga baru dapat dikuasai Belanda setelah hal itu dilakukan karena pasukan Sultan Agung kabur akibat tidak tahan dengan bau kotoran manusia tersebut.
- Bahasa rakyat lain adalah bahasa jabatan/kebangsawanan, misalnya raden mas, kangjeng ratu, tubagus, sultan, dan sebagainya.
Adapun terakhir ada Fungsi bahasa rakyat yangterdiri dari empat hal, yakni untuk memperkokoh identitas folk-nya, melindungi folk pemilik folklor itu dari ancaman kolektif lain/penguasa, memperkokoh kedudukan folk-nya pada jenjang lapisan masyarakat, dan memperkokoh kepercayaan rakyat dari folk-nya
Sumber :
Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia ; ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta : Grafiti Pers
Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia ; ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta : Grafiti Pers
No comments