Banyak ahli sepakat bahwa faktor yang melatarbelakangi kelahiran Sosiologi adalah adanya krisis-krisis yang terjadi di dalam masyarakat, terutama perubahan dan krisis yang terjadi di Eropa Barat.
Seringkali Sosiologi disebut "ilmu keranjang sampah" karena membahas masalah yang tidak dipelajari ilmu-ilmu sebelumnya. Selain itu, kajiannya lebih memfokuskan pada problem kemasyarakatan yang timbul akibat krisis-krisis sosial yang terjadi.
Istilah Sosiologi pertama kali dicetuskan oleh August Comte yang kemudian dikenal sebagai "Bapak Sosiologi". Dia berpandangan bahwa Sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis, bukan pada kekuasaan atau spekulasi.
Dia juga menekankan makna ilmiah dari Sosiologi, bahkan lahirnya disiplin ilmu tersebut terikat kepada metode pengamatan yang dipakai oleh ilmu-ilmu alam untuk mempelajari gejala alam.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.
Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
August Comte kemudian membedakan antara Sosiologi statis dan Sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sedangkan Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Baca Juga : Pengertian Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Sosiologi modern tumbuh pesat di Amerika, tepatnya di Amerika serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa yang merupakan tempat dimana Sosiologi pertama kali muncul.
Hal itu karena pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lainnya.
Konsekuensi gejala sosial itu, kemudian menjadikan adanya perubahan besar masyarakat yang tak terhindarkan. Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berfikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan Sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi.
Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu.
Maka dari itu lahirlah Sosiologi Modern. Sosiologi Modern cenderung menggunakan pendekatan mikro (lebih sering disebut dengan pendekatan empiris). Artinya perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul.
Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian dalam Sosiologi.
Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
1. Auguste Comte (1798-1857)
Ia dikenal sebagai bapak Sosiologi dunia. Dalam bukunya yang pertama berjudul The Course of Positive Philosophy yang terbit antara tahun 1830 dan 1842, Comte berpendapat bahwa perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah ini sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis.
Kemajuan ini mencakup perkembangan mulai dari bentuk-bentuk pemikiran teologis purba, penjelasan metafisik, dan akhirnya sampai ke terbentuknya hukum-hukum ilmiah yang positif.
2. Herbert Spencer (1820-1903)
Beliau memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
3. Karl Max
Memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
4. Emile Durkheim (1858-1917)
Memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
5. Max Weber (1864-1920)
Memperkenalkan pendekatan Verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
6. Charles Horton Cooley (1864-1929)
Mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal-balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.
7. Piere Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)
Mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalisis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif.
8. Ferdinand Tonnies
Terkenal dengan teorinya yaitu Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesellschaft Patembayan), sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial.
9. Leopold von Wiese (1876-1949)
Menganggap bahwa Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri. Objek Sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Jadi objek khusus ilmu Sosiologi interaksi sosial atau proses sosial.
10. Alfred Vierkandt (1867-1953)
Menyatakan bahwa Sosiologi mempelajari interaksi dan hasil interaksi tersebut.
11. Lester Frank Ward (1841-1913)
Menyatakan bahwa Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan manusia. Ilmu tersebut mempelajari apa yang dilaksanakan manusia, jadi fungsi masyarakat yang dipelajarinya.
12. Vilfredo Pareto (1848-1923)
Menyatakan bahwa masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung kepada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keingnan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
13. Georg Simmel (1858-1918)
Berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan khusus, yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan analistis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
14. Robert Ezra Park (1864-1944)
Menyatakan bahwa sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia.
Baca Juga : Pengaruh Media Massa dan Dampaknya bagi Masyarakat
15. William Graham Sumner (1840-1910)
Menyatakan bahwa sistem sosiologi didasarkan pada konsep in-group dan out-group. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial.
Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga sekelompok, maupun warga-warga dari kelompok lainnya.
16. Karl Mannheim (1893-1947)
Ia banyak menyumbangkan pikirannya bagi perkembangan sosiologi, yang dinamakan sosiologi pengetahuan, yang khususnya menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan. Kemudian teorinya yang sangat terkenal adalah mengenai krisis.
Sumber :
Sosiologi suatu pengantar : Soerjono Soekanto 2003.
Dasar-dasar Sosiologi : Syahrial Syarbaini & Rusdiyanta 2009.
No comments